Monday, December 14, 2015

Cinta Sampai Mati

Hadits berikut ini adalah hadits menakjubkan, jarang ditampilkan padahal sangat dibutuhkan khususnya para suami.
Hadits ini mewasiatkan kaum pria untuk berbuat baik kepada wanita, memperlakukan mereka dengan lembut, bersabar terhadap kekurangan mereka bahkan hadits ini mendorong untuk tidak mentalak mereka serta tetap menjaga ikatan suami istri hingga mati.
Aduhai .. alangkah indahnya cinta suami-istri jika meneladani rumah-tangga Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam.
Sungguh akan menjadi kisah cinta paling indah..

Imam Ath-Thobroni meriwayatkan di Al-Mu’jamul Kabir (20/374, no.648) dari hadits Al-Miqdam bin Ma’di Karbrodhiyallahu ‘anhu dengan isnad shohih, bahwasanya Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam berdiri di hadapan manusia. Maka ia memuji dan menyanjung Allah,
kemudian bersabda :

“Sesungguhnya Allah mewasiatkan kepada kalian agar memperlakukan wanita dengan baik. Sesungguhnya Allah mewasiatkan kalian agar memperlakukan wanita dengan baik. Sesungguhnya mereka adalah ibu-ibukalian, putrid-putri kalian dan bibi-bibi kalian. Sesungguhnya ada seorang dari Ahli Kitab yang menikahi seorang wanita dan ia tidak pernah mengikat tangan wanita itu dengan benang. Maka salah satu dari keduanya tidak membenci pasangannya sampai mati”.

Di hadits ini, setelah Rasulullah sholllahu‘alaihi wa sallama mewasiatkan untuk memperlakukan wanita dengan baik. Beliau menceritakan tentang akhlak seorang suami yang bersabar dalam menghadapi istrinya yang masih muda dan kasar terhadapnya. Akhlak istrinya yang buruk tersebut tidak membuatnya menalaknya. bahkan Ia tetap bersabar sampai ia mati.
Ibnul Atsir menukilkan dari Al-Harby ia mengatakan, “Karena usia wanita itu yang masih kecil dan sifatnya yang kurang lembut.  Maka  laki-laki  itu  bersabar menghadapinya sampai mati.

Maksudnya, beliau  shollallahu ‘alaihi wa sallam memotivasi para sahabatnya untuk memperlakukan  wanita dengan baik, bersabar menghadapi mereka. Dan (maksudnya) Ahli Kitab melakukan itu terhadap wanita-wanita mereka”.
Maka hendaklah orang-orang yang tidak baik mu’amalahnya dengan wanita, bersikap keras dan kasar kepada mereka, membuka hati sebelum membuka mata dan telinganya terhadap hadits ini.

Sungguh di hadits yang mulia ini terdapat ‘ibroh bagi orang-orang yang tidak menjaga hak-hak wanita. Juga bagi orang-orang yang tertipu dengan propaganda barat yang mengatas namakan hak-hak wanita..ketahuilah...!!! tidak akan mulia wanita kecuali di bawah naungan islam.
Dah berhagialah engkau wahai saudariku muslimah serta bersyukurlah atas hidayah dan taufik Allah kepadamu untuk menjadi wanita muslimah.
Oleh : Ustadz Abu Zubair al-Hawary, Lc.

Thursday, December 10, 2015

Kenikmatan Yang Menipu

Barang siapa yang berfikir dalam-dalam dan seksama tentang akhir kehidupan di dunia, ia akan senatiasa waspada. Barangsiapa yang yakin akan betapa panjangnya jalan yang akan ditempuh. maka ia akan menyiapkan bekal sebaik-baiknya. Alangkah anehnya manusia yang yakin akan sesuatu namun iya melupakannya dan betapa anehnya merekan yang mengtahui bahaya sesuatu namun iya juga menutup mata..!!!
Allah Subhanahu wa Ta'la berfirman : "Kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang yang lebih berhak kamu takuti" (QS. Al-Ahzab [33] : {37}

Anda tahu bahwa anda dikalahkan oleh hawa nafsu anda, dan anda tahu bahwa anda tak sanggup menaklukkannya. Alangkah anehnya jika anda merasa gembira dengan ketertipua anda dan larut dalam kealpaan terhadap hal yang tersembunyi di dalam diri anda. Anda terperdaya oleh kesehatan anda, namun anda lupa betapa dekat pnyakit dengan diri anda.

Telah anda saksikan dengan mata kepala anda sendiri tempat pembaringan akhir anda dan telah ditampakkan kehadapan anda ranjang-ranjang kematian oleh orang-orang yang ada di sekitar anda. Sungguh anda telah tenggelam dan hanyut dalam kelezatan-kelezatan duniawi, hingga anda melupakan kehancuran diri anda sendiri.

"Engkau laksana tiada mendengar kabar mereka yang telah lalu, 
Tidak pula engkau melihat waktu memperlakukan teman-temanmu.
Jika engkau tak sadar bahwa itulah rumah-rumah mereka yang abadi,
Kubur-kubur mereka lenyap diterpa angin yang menderu"

Betapa banyaknya, anda melihat, para penghuni yang tak pernah memasuki rumahnya sendiri, sebelum mereka dipaksa memasukinya! Betapa banyak pemilik singgasana yang terusir oleh
musuh-musuh yang kemudian menguasai istananya.

Wahai siapa saja yang detik-detik kehidupannya terus melaju, betapa anehnya mereka, seperti manusia yang tak tahu dan tak mengerti apa-apa.

"Bagaimana bisa matanya lelap terpejam, Padahal ia tak tahu kemana akan kembali"

Sumber : Syaidul Khatir, (Indonesia) oleh Ibnu al-
Jauzy

Monday, December 7, 2015

Sang Peminang Bidadari

Kisah Seorang Pemuda Penduduk Irak..
Abu Sulaiman ad-Daraani menceritakan bahwa ada seorang pemuda penduduk Irak yang juga ahli ibadah berangkat menuju ke Makkah bersama salah seorang temannya. Bila mereka singgah di suatu tempat, maka pemuda itu akan shalat. Dan bila mereka makan, maka dia tetap dalam keadaan shiyam. Selama perjalanan pergi dan pulang, temannya sangat sabar terhadapnya, dan ketika akan berpisah, sang teman bertanya kepadanya :
"Ceeritakanlah kepadaku akan hal yang membuatmu tergerak untuk melakukan semua yang telah aku lihat dari dirimu"
”Sang pemuda menjawab :

“Wahai saudaraku, dalam tidur aku pernah bermimpi melihat sebuah istana Jannah, batu-batunya terbuat dari emas dan perak, lengkap dengan teras yang terbuat dari batu zabarjad dan yaqut, sementara seorang bidadari dengan rambut tergerai berada di antara kedua teras tersebut. Dia mengenakan pakaian yang terbuat dari perak dengan suara lembutnya dia berucap :

“Bersungguh-sungguhlah kepada Allah dalam rangka mencariku. Demi Allah, aku telah bersungguh -sungguh kepada Allah dalam mencarimu.”

“Maka demikianlah hal yang kamu lihat atas diriku dalam rangka mencarinya, “ tambah si pemuda kepada temannya. Abu Sulaiman menyambung ceritanya, “Demikianlah yang dilakukan si pemuda untuk mencari seorang bidadari, lantas bagaimanakah keadaan seseorang yang mencari sesuatu yang lebih dari itu?”

Dikisahkan oleh Ibnu Abid Dunya dalam Al-Manaamat sebagaimana dinkil dalam Al-Huur al-Ain wa Manaamatu ash-Shalihin (edisi Indonesia) oleh Syaikh Ihsan Hasanain


Monday, September 14, 2015

Harta Yang Sesungguhnya

”Saudaraku, yang aku temukan adalah Malik bin Dinar. Aku ingin mencuri darinya namun akhirnya dialah yang telah mencuri hatiku...”

Pada suatu malam, seorang pencuri memanjat dinding rumah Malik bin Dinar dan masuk ke dalam rumah  dengan  mudah. Akan tetapi pencuri itu kecewa karena mendapati tidak ada sesuatu pun yang berharga yang pantas dicuri. Sang pemilik rumah saat itu sedang berada di dalam rumah mengerjakan shalat. Menyadari bahwa dia tidak sendirian, Malik bin Dinar segera mengakhiri shalatnya dan berbalik menghadapi si pencuri. Tanpa terlihat terkejut atau takut, dengan tenang Malik memberi salam kepada sang pencuri dan berkata, ”Saudaraku, semoga Allah mengampunimu. Engkau sudah memasuki rumah dan tidak menemukan sesuatu pun yang berharga untuk diambil, akan tetapi aku tidak ingin membiarkanmu pergi tanpa mengambil manfaat apapun. Lalu dia berdiri dan masuk ke ruangan lainnya, dan kembali lagi dengan seember air. Dia menatap mata pencuri dan berkata,
”Berwudhulah dan lakukanlah shalat dua raka’at, karena jika kamu melakukannya, kamu akan meninggalkan rumahku dengan harta yang besar yang engkau cari ketika memasuki rumahku.”

Tergerak oleh sikap dan kata-kata Malik, pencuri itu berkata, ”Baiklah, itu sungguh tawaran yang baik.” Setelah berwudhu dan melakukan shalat dua raka’at, pencuri itu berkata, ”Wahai Malik, apakah kamu keberatan jika aku tinggal lebih lama, karena aku ingin melakukan shalat dua raka’at lagi.” Malik berkata, ”Tinggallah untuk berapa raka’at pun yang Allah tetapkan untukmu melaksanakannya.” Pencuri  itu  akhirnya  menghabiskan semalaman penuh di rumah Malik bin Dinar. Dia terus melakukan shalat sampai pagi. Lalu Malik berkata, ”Sekarang pergilah dan jadilah orang yang baik.” Tetapi bukannya pergi pencuri itu berkata,
”Apakah kamu keberatan jika aku tinggal bersamamu hari ini, karena aku sudah berniat untuk berpuasa pada hari ini.” 
”Tinggallah selama yang kamu inginkan.” Kata Malik.

Akhirnya  Pencuri  itu  tinggal  selama beberapa hari di rumah Malik, shalat di setiap bagian akhir malam dan puasa setiap hari. Ketika akhirnya dia memutuskan untuk pergi, pencuri itu berkata, ”Wahai Malik, aku telah membuat keputusan untuk bertaubat dari dosa-dosa dan jalan hidupku sebelumnya.” Malik berkata, ”Sungguh, semuanya berada di tangan Allah.” Laki-laki itu sungguh sungguh memperbaiki hidupnya dan mulai menjalani kehidupan yang shaleh dan taat keapda Allah. Suatu ketika ia bertemu dengan pencuri lain yang dikenalnya. Orang itu berkata kepadanya:

”Apakah kamu sudah menemukan harta karunmu?”

Dia berkata, ”Saudaraku, yang aku temukan adalah Malik bin Dinar. Aku ingin mencuri darinya namun akhirnya dialah yang telah mencuri hatiku. Aku telah bertaubat kepada Allah, dan akan tetap berada di depan pintu (taubat) sampai aku meraih apa yang telah diraih oleh hamba-hamba-Nya yang taat dan dicinta-Nya.”

Sumber : Al-Mawa’idh wal Majalis : 85 dalam Stories of Repentance oleh Muhammad Abduh Maghawiri

Wednesday, July 29, 2015

Dia Adalah Saudari Ku Bagian II

Assalamualaikum sahabat..

Berikut ini lanjutan dari kisah Dia Adalah Saudari Ku..

“Dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah
waktu perpisahan (dengan dunia),”
QS.Al-Qiyamah 75 : 28

Aku  mendengar  gedoran  di pintuku pada pukul delapan pagi. Aku tidak biasa bangun di waktu seperti ini. Ada tangisan dan kebingungan. Ya Allah, apa yang terjadi?
Kondisi Norah menjadi kritis setelah Fajar, mereka segera membawanya ke rumah sakit.

Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un. 

Tidak akan ada perjalanan musim panas ini. Telah ditakdirkan aku akan menghabiskan musim panas di rumah.

Seolah waktu berlalu selamanya ketika tiba jam 1 siang. Ibu menelepon rumah sakit.

“Ya, kalian bisa datang dan menjenguknya sekarang.” Suara ayah berubah dan ibu dapat
merasakan sesuatu yang buruk telah terjadi. Kami segera berangkat.

Dimana jalan yang sering kulewati dan kukira sangat singkat? Mengapa ini terasa begitu lama? dimana keramaian dan lalu lintas yang selalu memberiku kesempatan untuk menoleh ke kiri dan ke kanan? Semua orang menyingkir dari jalan kami!

Ibu  menggelengkan  kepalanya  dalam tangannya menangis ketika ia berdoa bagi Norah. Kami tiba di loby rumah sakit. Seorang laki-laki mengerang, sedangkan yang lainnya korban kecelakaan. Dan mata laki-laki ketiga terlihat sedingin es. Engkau tidak bisa memastikan apakah dia mati atau hidup.

Norah berada dalam ruang ICU. Kami menaiki tangga menuju ke lantai (kamar)nya. Suster mendekati kami, “Mari kuantarkan kepada Norah.”

Ketika kami berjalan sepanjang koridor, suster bercerita betapa manisnya Norah. Dia sedikit  banyak  meyakinkan  ibu  kalau keadaan Norah lebih baik daripada pagi tadi.

“Maaf. Tidak boleh lebih dari satu orang pengunjung memasuki kamar.” Kata suster tersebut.
Ini adalah kamar ICU. Menatap ke arah jubah putih selembut salju, melalui jendela kecil di pintu, aku melihat mata saudariku. Ibu berdiri di sisinya. Setelah kurang-lebih dua menit,  ibu  keluar  tak  dapat menahan tangisnya. “Kamu  boleh  masuk  dan mengucapkan salam kepadanya dengan syarat kamu tidak  berbicara  terlalu  lama dengannya,” mereka berkata kepadaku. “Dua menit cukup.”

“Bagaimana keadaanmu Norah? Kamu baik-baik saja semalam saudariku, apa yang terjadi?

”Kami berpengangan tangan, dia menekannya lembut. “Sekarang pun, alhamdulillah, aku baik-baik saja.”

Alhamdulillah...  tapi..  tanganmu  sangat dingin."
”Aku duduk di sisi tempat tidurnya dan meletakkan  tanganku  di  lututnya.  Ia tersentak, “Maaf, sakit ya?”

“Tidak, hanya saja aku teringat firman Allah.”

“Dan bertaut betis (kiri) dan betis
(kanan).” Al-Qiyamah 75 : 29

“Hanan doakan aku. Mungkin aku akan segera bertemu hari pertama dari hari akhirat (yakni di kuburan). Itu adalah perjalanan yang panjang dan aku belum mempersiapkan amalan yang cukup dalam perbekalanku.”

Semoga setiap sahabat yang membaca dapat mengambil hikmah dan maknanya..
Terimaksih untuk waktu dan kesempatannya bagi telah berkunjung..



Bersambung...

Monday, July 27, 2015

Lihatlah, Siapa Gerangan Sahabat Mu?

Assalamualaikum.. 
Lihatlah siapa gerangan teman" dan sahabat" kita dalam pandangan islam saat ini..
Apakah (daku) (dikau) termasuk teman yang Seperti Udara, Seperti Obat, atau Seperti Racun?

Rasulullah.SAW bersada : 

“Seseorang itu tergantung agama
temannya, maka hendaklah salah se-
seorang dari kalian memperhatikan
dengan siapa ia akan berteman.”
HR Abu Dawud, no. 4833 dan At-Tirmdzi 

“Janganlah bersahabat, kecuali dengan
orang yang beriman, dan janganlah makan
makananmu, kecuali orang yang
bertakwa.”
HR. Abu Dawud no. 4873, At-Tirmidzi, no. 2395 

“Sesungguhnya  perumpamaan  teman
yang baik dan teman yang buruk seperti
penjual minyak wangi dan pandai besi. Bagi
penjual minyak wangi, boleh jadi ia menyen-
gatmu, atau engkau membeli
darinya. Mungkin juga engkau
hanya  mendapatkan  bau
wangi darinya. Adapun pandai
besi, bisa jadi ia membakar
bajumu atau engkau mendapat bau tidak sedap darinya.”
(HR Bukhari Muslim)
Zainal Abidin Ali bin Husain bin Ali
berkata : “Selayaknya seseorang berte-
man dengan orang yang dapat member-
inya manfaat dalam perkara agamanya.”
Al-Hasan al-Bashri berkata:
“Saudara-saudara kami lebih kami
cintai dari keluarga dan anak-anak
kami. Sebab keluarga kami mengin-
gatkan kami akan dunia, sedang-
kan saudara-saudara  kami
mengingatkan kami akan akhirat.”


Salah seorang ulama berkata : 
“Teman itu ada tiga, teman yang seperti udara,
teman yang seperti obat, dan teman yang seperti racun.”


Teman yang seperti udara adalah teman
yang kamu yang kamu tidak akan pernah
merasa cukup dengannya, ia senantiasa
mendekatkan dirimu kepada Allah dan
memperkenalkamu dengan-Nya, ia juga
membuatmu senang untuk selalu
mengingat-Nya.
Teman yang seperti obat adalah teman
yang selalu memberikan manfaat, namun
kamu tidak memerlukannya kecuali kamu
membutuhkannya, sebagaimana kamu
jarang memerlukan pembuat roti, tukang
kayu, tukang jahit, dan yang semisalnya.


Adapun teman yang seperti racun adalah teman yang selalu mendzalimi kamu, ia
seperti racun yang dapat membunuh dengan cepat, ia adalah teman yang akan
mendekatkan kamu kepada neraka dan menuntunmu untuk hidup hina di dunia dan di
akhirat. 
(sumber : Setinggi Cita Wanita Perindu Surga oleh Hasan bin Muhammad ass-Syarif)

Sunday, July 26, 2015

Doa'ku

Ya Allah,kau ciptakan kami dari tiada, menjadi ada...
Kemudian kau kembalikan kami kepadamu...
Ya Allah,Kehidupan kemi bejalan dan berputar
sesuai dengan kehendakmu...

Ya Allah,Hari ini telah sampai usia kami dalam kedewasaan
jadikanlah kami menjadi khusuk dan tawaduk
dalam menerimah hikmah dan berkahmu...

bertambah usia dalam hitungan kami,
kerkurang pula usia kami dalam hitunganmu...

Ya Allah,Panjangkanlah usia kami agar kami dapat
hidup dan menjadi bermanfaat bagi ummatmu yang lain..

Ya Allah panjangkanlah usia kami agar kami dapat lebih
memandang hidup dengan penuh makna
dalam kebesaranmu...

Ya Allah panjangkanlah usia kami
agar kelak kami dapat membersarkan anak-anak kami
untuk dapat tunduk dan berbakti kepadaMu...

Panjangkanlah usia kami agar kami dapat lebih bersyukur
atas nikmat dan rezeki yang engkau anugerahkan kepada kami...

Ya Allah, Jadikanlah kami orang-orang yang senantiasa bersyukur
terhadap rezeki dan anugrah yang engaku berikan..

Ya Allah,Terimakasih engkau telah mengangkat kami menjadi
makhluk dengan derajat yang tinggi...

Terimakasih engkau telah memberikan cahaya keimanan
kepada kami agar kami dapat mengenalmu...
Hingga kelak semua persiapan untuk menghadap Mu nanti telah terpenuhi..
Dan Ya Allah berikan kami jalan yang engkau Ridhoi untuk mencapai Khusnul Khotimah hingga ke Jannah Mu nanti..

Terimakasih wahai engkau wahai engkua Sang Pemilik Alam Jagad Raya ini....
"Amin",.....

Saturday, July 25, 2015

Dia Adalah Saudariku

Kisah berikut ini diambil dari buku Azzaman al-Qadim yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris dan dibawakan oleh Muhammad Alshareef pada MYNA Zona East Conference. Sebuah kisah yang begitu menyentuh, untuk mengingatkan kita semua agar mensyukuri tarikan nafas kita pada hari ini dengan bersegera pada ketaatan  kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Karena esok, atau mungkin sesaat lagi, kita akan berlalu dari dunia ini, menuju kepada kebahagiaan abadi, atau siksa abadi..

Pipinya cekung, dan kulitnya membalut tulangnya. Hal itu tidak menghentikannya karena engkau takkan melihatnya tidak membaca Al-Qur’an. Dia selalu terjaga di ruang  shalatnya  yang  ayah bangun untuknya. Ruku’, sujud, dan mengangkat tangannya ketika shalat, seperti itulah dia sejak fajar hingga matahari terbenam dan kembali lagi, kejenuhan itu untuk orang lain (bukan bagi dirnya).
Adapun aku, aku kecanduan tidak lain selain majalah fashion dan novel. Aku keranjingan video hingga perjalanan ke tempat sewa video menjadi trademark-ku. Ada sebuah pepatah bahwa jika sesuatu telah menjadi kebiasaan, orang-orang akan mengenalimu dengannya. Aku lalai dari kewajibanku dan shalatku ditandai dengan kemalasan. Suatu malam, setelah tiga jam yang panjang menonton, aku mematikan video.

Adzan dengan lembut membangunkan malam. Aku menyelinap dengan damai ke dalam selimutku.
Suaranya  memanggilku dari ruang shalatnya. ”Ya? Kamu ingin sesuatu Noo-rah?” Tanyaku. Dengan jarum tajam dia memecahkan rencanaku. ”Jangan tidur sebelum kamu shalat Fajar!” Agghh!
”Masih ada waktu satu jam sebelum Fajar, Itu hanya Adzan pertama.” Kataku. Dengan  suaranya yang merdu dia memanggilku mendekat. Dia selalu seperti itu bahkan sebelum penyakit ganas itu mengguncangkan jiwanya dan menahannya di tempat tidur.
”Hanan, maukah kamu duduk di sisiku?” Aku  tidak  pernah  dapat  menolak permintaannya, engkau dapat merasakan kemurnian dan keikhlasan pada dirinya. ”Ya Noorah?” ’Duduklah disini.”
”Baiklah,  aku  duduk.  Apa  yang  kau
pikirkan?” Dengan suaranya yang manis dia membaca..

Artinya : ”Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu.” (QS Al- Imran 3 : 185)

Ia berhenti  sambil berpikir. Kemudian ia bertanya, “Kamu percaya kematian?” “Tentu saja.” Jawabku. “Apa kamu percaya kamu akan bertanggungjawab  terhadap apapun yang kamu kerjakan, tidak perduli itu kecil atau besar?”
“Aku percaya, tetapi Allah adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang, dan kehidpan masih panjang menantiku.” “Hentikan Hanan! Apa kamu tidak takut dengan kematian dan kedatangannya yang tiba-tiba? Lihat Hind. Dia lebih muda darimu tetapi dia mati dalam kecelakaan mobil. Kematian buta terhadap usia dan umrmu tidak dapat mengukur kapan kamu akan mati.” Kegelapan kamar itu memenuhi kulitku dengan ketakutan.
“Aku takut gelap dan sekarang  kamu  menakutiku  dengan kematian.
Bagaimana aku bisa tidur sekarang? Norah, kukira kamu sudah berjanji untuk pergi bersama selama liburan musim panas.
”Suaranya pecah dan hatinya gemetar “Aku mungkin akan menempuh perjalanan yang panjang tahun ini Hanan, tetapi di tempat yang lain. Kehidupan kita semua berada di tangan Allah dan kita semua adalah milik-Nya.”

Mataku  basah  dan  air  mataku mengalir  di  kedua  pipiku. Aku memikirkan  penyakit  ganas saudariku. Dokter telah mengabarkan kepada ayahku secara pribadi, tidak banyak  harapan  Norah dapat mengalahkan penyakitnya. Dia tidak diberitahu, saya jadi bertanya-tanya, siapa gerangan yang mengabarkan kepdanya. Atau apakah dia dapat merasakan kebenaran?
“Apa yang kamu pikirkan Hanan? Suaranya terdengar tajam.
“Apa kamu mengira aku mengatakan ini hanya karena aku sakit? Aku harap tidak. Bahkan, aku mungkin hidup lebih lama dari orang-orang yang sehat. Berapa lama kamu akan hidup, Hanan? Mungkin dua puluh tahun? Mungkin empat puluh?  Lalu apa?
”Dalam gelap dia menyentuh  tanganku  dan  menekannya lembut.
“Tidak ada perbedaan antara kita. Kita semua akan pergi meninggalkan dunia ini untuk tinggal di dalam Surga atau sengsara di dalam Neraka.

Artinya : “Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung.” (QS Al-Imran 3 : 185)

Aku meninggalkan kamar saudariku dalam keadaan limbung, kata-katanya mengiang di telingaku, “Semoga Allah menunjukimu Hanan, jangan lupakan shalatmu.”