Monday, September 14, 2015

Harta Yang Sesungguhnya

”Saudaraku, yang aku temukan adalah Malik bin Dinar. Aku ingin mencuri darinya namun akhirnya dialah yang telah mencuri hatiku...”

Pada suatu malam, seorang pencuri memanjat dinding rumah Malik bin Dinar dan masuk ke dalam rumah  dengan  mudah. Akan tetapi pencuri itu kecewa karena mendapati tidak ada sesuatu pun yang berharga yang pantas dicuri. Sang pemilik rumah saat itu sedang berada di dalam rumah mengerjakan shalat. Menyadari bahwa dia tidak sendirian, Malik bin Dinar segera mengakhiri shalatnya dan berbalik menghadapi si pencuri. Tanpa terlihat terkejut atau takut, dengan tenang Malik memberi salam kepada sang pencuri dan berkata, ”Saudaraku, semoga Allah mengampunimu. Engkau sudah memasuki rumah dan tidak menemukan sesuatu pun yang berharga untuk diambil, akan tetapi aku tidak ingin membiarkanmu pergi tanpa mengambil manfaat apapun. Lalu dia berdiri dan masuk ke ruangan lainnya, dan kembali lagi dengan seember air. Dia menatap mata pencuri dan berkata,
”Berwudhulah dan lakukanlah shalat dua raka’at, karena jika kamu melakukannya, kamu akan meninggalkan rumahku dengan harta yang besar yang engkau cari ketika memasuki rumahku.”

Tergerak oleh sikap dan kata-kata Malik, pencuri itu berkata, ”Baiklah, itu sungguh tawaran yang baik.” Setelah berwudhu dan melakukan shalat dua raka’at, pencuri itu berkata, ”Wahai Malik, apakah kamu keberatan jika aku tinggal lebih lama, karena aku ingin melakukan shalat dua raka’at lagi.” Malik berkata, ”Tinggallah untuk berapa raka’at pun yang Allah tetapkan untukmu melaksanakannya.” Pencuri  itu  akhirnya  menghabiskan semalaman penuh di rumah Malik bin Dinar. Dia terus melakukan shalat sampai pagi. Lalu Malik berkata, ”Sekarang pergilah dan jadilah orang yang baik.” Tetapi bukannya pergi pencuri itu berkata,
”Apakah kamu keberatan jika aku tinggal bersamamu hari ini, karena aku sudah berniat untuk berpuasa pada hari ini.” 
”Tinggallah selama yang kamu inginkan.” Kata Malik.

Akhirnya  Pencuri  itu  tinggal  selama beberapa hari di rumah Malik, shalat di setiap bagian akhir malam dan puasa setiap hari. Ketika akhirnya dia memutuskan untuk pergi, pencuri itu berkata, ”Wahai Malik, aku telah membuat keputusan untuk bertaubat dari dosa-dosa dan jalan hidupku sebelumnya.” Malik berkata, ”Sungguh, semuanya berada di tangan Allah.” Laki-laki itu sungguh sungguh memperbaiki hidupnya dan mulai menjalani kehidupan yang shaleh dan taat keapda Allah. Suatu ketika ia bertemu dengan pencuri lain yang dikenalnya. Orang itu berkata kepadanya:

”Apakah kamu sudah menemukan harta karunmu?”

Dia berkata, ”Saudaraku, yang aku temukan adalah Malik bin Dinar. Aku ingin mencuri darinya namun akhirnya dialah yang telah mencuri hatiku. Aku telah bertaubat kepada Allah, dan akan tetap berada di depan pintu (taubat) sampai aku meraih apa yang telah diraih oleh hamba-hamba-Nya yang taat dan dicinta-Nya.”

Sumber : Al-Mawa’idh wal Majalis : 85 dalam Stories of Repentance oleh Muhammad Abduh Maghawiri