Wednesday, July 29, 2015

Dia Adalah Saudari Ku Bagian II

Assalamualaikum sahabat..

Berikut ini lanjutan dari kisah Dia Adalah Saudari Ku..

“Dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah
waktu perpisahan (dengan dunia),”
QS.Al-Qiyamah 75 : 28

Aku  mendengar  gedoran  di pintuku pada pukul delapan pagi. Aku tidak biasa bangun di waktu seperti ini. Ada tangisan dan kebingungan. Ya Allah, apa yang terjadi?
Kondisi Norah menjadi kritis setelah Fajar, mereka segera membawanya ke rumah sakit.

Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un. 

Tidak akan ada perjalanan musim panas ini. Telah ditakdirkan aku akan menghabiskan musim panas di rumah.

Seolah waktu berlalu selamanya ketika tiba jam 1 siang. Ibu menelepon rumah sakit.

“Ya, kalian bisa datang dan menjenguknya sekarang.” Suara ayah berubah dan ibu dapat
merasakan sesuatu yang buruk telah terjadi. Kami segera berangkat.

Dimana jalan yang sering kulewati dan kukira sangat singkat? Mengapa ini terasa begitu lama? dimana keramaian dan lalu lintas yang selalu memberiku kesempatan untuk menoleh ke kiri dan ke kanan? Semua orang menyingkir dari jalan kami!

Ibu  menggelengkan  kepalanya  dalam tangannya menangis ketika ia berdoa bagi Norah. Kami tiba di loby rumah sakit. Seorang laki-laki mengerang, sedangkan yang lainnya korban kecelakaan. Dan mata laki-laki ketiga terlihat sedingin es. Engkau tidak bisa memastikan apakah dia mati atau hidup.

Norah berada dalam ruang ICU. Kami menaiki tangga menuju ke lantai (kamar)nya. Suster mendekati kami, “Mari kuantarkan kepada Norah.”

Ketika kami berjalan sepanjang koridor, suster bercerita betapa manisnya Norah. Dia sedikit  banyak  meyakinkan  ibu  kalau keadaan Norah lebih baik daripada pagi tadi.

“Maaf. Tidak boleh lebih dari satu orang pengunjung memasuki kamar.” Kata suster tersebut.
Ini adalah kamar ICU. Menatap ke arah jubah putih selembut salju, melalui jendela kecil di pintu, aku melihat mata saudariku. Ibu berdiri di sisinya. Setelah kurang-lebih dua menit,  ibu  keluar  tak  dapat menahan tangisnya. “Kamu  boleh  masuk  dan mengucapkan salam kepadanya dengan syarat kamu tidak  berbicara  terlalu  lama dengannya,” mereka berkata kepadaku. “Dua menit cukup.”

“Bagaimana keadaanmu Norah? Kamu baik-baik saja semalam saudariku, apa yang terjadi?

”Kami berpengangan tangan, dia menekannya lembut. “Sekarang pun, alhamdulillah, aku baik-baik saja.”

Alhamdulillah...  tapi..  tanganmu  sangat dingin."
”Aku duduk di sisi tempat tidurnya dan meletakkan  tanganku  di  lututnya.  Ia tersentak, “Maaf, sakit ya?”

“Tidak, hanya saja aku teringat firman Allah.”

“Dan bertaut betis (kiri) dan betis
(kanan).” Al-Qiyamah 75 : 29

“Hanan doakan aku. Mungkin aku akan segera bertemu hari pertama dari hari akhirat (yakni di kuburan). Itu adalah perjalanan yang panjang dan aku belum mempersiapkan amalan yang cukup dalam perbekalanku.”

Semoga setiap sahabat yang membaca dapat mengambil hikmah dan maknanya..
Terimaksih untuk waktu dan kesempatannya bagi telah berkunjung..



Bersambung...

No comments:

Post a Comment